Bimbang
Selasa,
22 Maret 2011
Aku
benar-benar shock ketika mendengar pernyataan dari guru biologi favoritku, Bu
Padmi namanya. Tahun lalu aku tak diajukan lomba Mapel karna kuotanya hanya
tiga orang sedang dua orang dari senior dan yang satunya lagi Indah dari X-3.
Untuk olimpiade pun, Haryani dari X-6. Entah mengapa rasanya ada perasaan tak
rela saja yang begitu terpendam dalam hati yang mungkin sedang keruh ini.
Dilain
pihak aku pun sedang menunggu pengumuman lomba cerdas cermat UUD 1945 ku. Karna
seperti senjata makan tuan, kalau kita lolos ke Provinsi maka aku dan
teman-teman tak boleh mengikuti olimpiade. Sedang olimpiade ini sudah ku
impikan sejak tiga tahun yang lalu saat kumasih duduk di SMP. Sudah banyak
rasanya perjuanganku untuk bertahan disini. Mulai diremehin dan dijutekin
sama senior atau ketika guru pembinaku lupa atau mungkin tak mengenali namaku
setelah tiga bulan membinaku. Sedang hanya ada lima orang disini, sesulit
itukah mengingat nama Dhita ?
Hari
ini aku bertanya pada Bu Padmi, agar aku tak ketinggalan informasi.
“Bu
saya dengar kuota buat OSN tahun ini hanya dua orang. Lalu siapa yang akan
dikirim ?” tanyaku penuh rasa dag.dig.dug. karna kelas XI kali ini ada tiga
orang. Aku, Indah dan Haryani.
“Iya,
kata Pak Ismu nanti mungkin Indah sama Haryani.
Tapi tenang, kamu bisa ikut yang mapel.”
“Bukan
gitu Bu, soalnya saya ini memang minatnya di olimpiade. Karna saat SMP ada
cita-cita yang belum tersampaikan. Apa nggak lebih baik kalau sekiranya
diadakan seleksi bu ? Satidaknya kalau pun saya ada di peringkat terbawah, saya
akan bisa menerimanya dengan lapang dada,” pintaku pada beliau.
“Iya,
iya, nanti saya sampaikan pada Pak Ismu.”
“Makasih
Bu.”
Dan
beliau hanya berlalu dengan senyum keibuan yang terlihat di raut wajahnya.
Deg,
haruskah aku mengalami kekecewaan yang sama untuk kedua kalinya. Memang semua
keputusan itu ada di tangan Pak Ismu. Tapi ada rasa tidak terima yang begitu
kuat memberontak. Ketika hati ini benar-benar merasa tidak adanya asas
keadilan. Terang saja, selama kelas XI ini aku mencoba untuk memberikan yang
terbaik dariku. Aku selalu mendapat ulangan terbaik diantara ketiga siswi ini.
Ataukah memang begitu atau aku nya saja yang mencari pembelaan tak jelas untuk
diriku sendiri.
Ini
benar-benar menyiksa. Aku harus bagaimana kalau begini. Ada rasa berontak dan
tidak terima yang begitu kental. Di lain sisi aku takut kalau aku menjadi orang
yang terlalu ambisius. Takut kalau hati ini terlalu tamak dan justru mengejar
sesuatu yang sebenarnya maya dan fana. Jujur aku kecewa dan menyesal. Kenapa
aku tak belajar sejak awal. Namun penyesalan tinggalah penyesalan, sedang waktu tak dapat diulang sedetik pun.
Kecewa
pada guru pembimbingku. Kenapa harus begini, apa beliau tak percaya dengan
kemampuanku ? Sungguh aku selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik.
Aku
berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan mencoba untuk memberikan yang
terbaik. Aku akan belajar setiap waktu, meski harus bangun tiap jam dua malam
untuk melantunkan doa dan membaca buku, disaat aku berjalan atau bahkan ketika
aku mandi. Aku akan menjadi pribadi yang disiplin dan berkompeten. Aku yakin
Allah tau yang terbaik untuk hambanya. Dan kalau pun belum waktu ku untuk
mencapai keberhasilan itu, aku harus bisa menerima semua dengan ikhlas. Ya,
dengan ikhlas.
Malam
ini aku menulis status dalam facebookku yang mungkin adalah usaha terakhir
untuk menghibur diriku sendiri.
Ya Allah kalau memang itu belum menjadi
rejeki untuk hamba maka bantulah hamba untuk mengikhlasannya. Dan kalau itu
rejeki untuk hamba, mudahkan lah hamba untuk menggapainya ya Allah. Jadikanlah
hamba menjadi hamba yang pandai bersyukur dan menjadi hamba yang bisa menerima
semua yang telah Engkau tulis di laut Mah Fudz sejak beribu tahun yang lalu.
Hamba percaya, bahwa semua yang kau beri untuk hamba adalah yang TERBAIK untuk
hamba. Amin.
Keputusanku
Kamis,
24 Maret 2011
Hari
ini adalah hari pertama untukku dan teman-teman UUD 45 untuk mengikuti pembinaan setelah mengikuti lomba. Semua terasa
begitu menyenangkan. Entah kenapa, tapi tiap berkumpul dengan mereka aku
memilki mimpi-mimpi baru dan kahayalanku yang super tingkat tinggi ini menjadi
hidup kembali. Sepertinya dua hari ini aku begitu merasa banyak masalah dengan
sesuatu yang mungkin hanya akan mempersulit diriku sendiri. Aneh
rasanya harusnya aku bisa melepaskan semua dengan ikhlas
termasuk kehilangan kesempatan untuk mengikuti olimpiade. Aku menceritakan
semua unek-unekku pada Pah Han dan kesembilan temanku yang lainya tentang semua
perjuanganku untuk mengikuti OSN meskipun disana ada Haryani. Aku tak bisa
membendung lagi masalahku sendiri.
Seperti
biasa Pak Han selalu mengeluarkan filosofi-filosofinya yang membuat bulu
badanku bergidik. Beliau selalu bisa membuatku yakin akan sesuatu dan yang
lebih penting beliau bisa membuatku aman dan nyaman. Aku senang dengan semua
motivasi-motivasi yang beliau tuturkan padaku. Seolah batrei yang telah
kehabisan energy listrik nya ini kembali menyala begitu terang seakan baru saja
keluar dari pabriknya. Aku menceritakan semua, tentang kakak kelas yang
menganggapku tak ada atau kah guru Pembina yang tak mengenaliku meski telah
mengajarku selama tiga bulan hanya dengan empat orang siswi lainnya.
Aku
mulai merenung tentang semua nya. Aku berpikir bahwa semua kekolotan dan ambisiku ini hanya akan menyiksaku. Mau dikata
apa, untuk apa aku mencoba mempertahankan sesuatu yang hanya akan menyiksaku.
Aku kini benar-benar ingin membuka mataku lebar-lebar. Aku benar-benar mantap
untuk berfokus pada LCC UUD 45 ku ini. Entah bagaimana hasilnya 21 hari lagi,
namun aku akan tetap optimis. Selama aku bisa bermimpi aku akan tetap bermimpi.
Dan tak ada seorang pun yang akan menghalangiku untuk bermimpi. Sedang aku
yakin bahwa mimpiku ini akan menjadi kayu bakar disetiap malamku. Kayu bakar
yang memberikan kehangatan dan kehidupan pada setiap malam yang dingin dan
gelap.
Aku
sudah mantap dengan keputusanku ini. Dan aku ikhlaskan olimpiadeku ini. Aku ikhlas
kalau memang lomba ini untuk Indah dan Haryani. Aku tak ingin memaksakan
kehendaku. Tak ada kerugian untukku yang telah berusaha keras ini. Setidaknya
ilmuku ini akan membuatku lebih maju dan akan menjadikan derajatku satu tingkat
lebih tinggi. Dan aku tak ingin keimananku ini terkikis hanta karna sebuah
ketamakan dan ambisi yang masih simpang-siur adanya. Aku berharap dua rekanku
ini akan memberikan yang terbaik dan akan lolos ke tingkat kabupaten.
Ya
Allah, aku telah membuat sebuah keputusan dan bantulah hambamu ini untuk konsisten
dengan keputusan yang hamba buat. Hamba yakin ada hikmah dibalik semua
kejadian. Dan hamba berharap bahwa keputusan yang hamba buat ini adalah yang
terbaik untuk hamba.amin.
Aku
tau bahwasanya waktu tak akan mungkin bisa diulang. Dan aku tak ingin terus
hidup dibawah rasa mengharuskan dan tertekan. Aku tak akan menyesali semua
keputusanku. Ini lah yang aku pilih dan sekali lagi aku tak akan menyesal
dengan apa yang telah aku pilih. Selalu ada jalan sendiri-sendiri untuk setiap
muslim dan ada jalan-jalan tertentu yang memang harus dilalui. Seperti
sepenggal lagu pak SBY
Seribu jalan menuju Roma…
Yang
mana kah yang engkau pilih ?
Ada
beribu banyak tujuan,
Engkaulah
yang kan menentukan….
Tlah
ku pilih jalanku sendiri..
Dalam
garis kehidupanku…
Dan
mungkin lewat jalan yang kuputuskan inilah aku akan meraih sebuah kesuksesan.
Dan aku percaya bahwa KESUKSESAN tengah MENANTI ku di waktu dan tempat yang
tepat nanti.Bimbang