Wednesday 2 May 2012

Bimbang


Bimbang
Selasa, 22 Maret 2011
Aku benar-benar shock ketika mendengar pernyataan dari guru biologi favoritku, Bu Padmi namanya. Tahun lalu aku tak diajukan lomba Mapel karna kuotanya hanya tiga orang sedang dua orang dari senior dan yang satunya lagi Indah dari X-3. Untuk olimpiade pun, Haryani dari X-6. Entah mengapa rasanya ada perasaan tak rela saja yang begitu terpendam dalam hati yang mungkin sedang keruh ini.
Dilain pihak aku pun sedang menunggu pengumuman lomba cerdas cermat UUD 1945 ku. Karna seperti senjata makan tuan, kalau kita lolos ke Provinsi maka aku dan teman-teman tak boleh mengikuti olimpiade. Sedang olimpiade ini sudah ku impikan sejak tiga tahun yang lalu saat kumasih duduk di SMP. Sudah banyak rasanya perjuanganku untuk bertahan disini. Mulai diremehin dan dijutekin sama senior atau ketika guru pembinaku lupa atau mungkin tak mengenali namaku setelah tiga bulan membinaku. Sedang hanya ada lima orang disini, sesulit itukah mengingat nama Dhita ?
Hari ini aku bertanya pada Bu Padmi, agar aku tak ketinggalan informasi.
“Bu saya dengar kuota buat OSN tahun ini hanya dua orang. Lalu siapa yang akan dikirim ?” tanyaku penuh rasa dag.dig.dug. karna kelas XI kali ini ada tiga orang. Aku, Indah dan Haryani.
“Iya, kata Pak Ismu nanti mungkin Indah sama Haryani. Tapi tenang, kamu bisa ikut yang mapel.”
“Bukan gitu Bu, soalnya saya ini memang minatnya di olimpiade. Karna saat SMP ada cita-cita yang belum tersampaikan. Apa nggak lebih baik kalau sekiranya diadakan seleksi bu ? Satidaknya kalau pun saya ada di peringkat terbawah, saya akan bisa menerimanya dengan lapang dada,” pintaku pada beliau.
“Iya, iya, nanti saya sampaikan pada Pak Ismu.”
“Makasih Bu.”
Dan beliau hanya berlalu dengan senyum keibuan yang terlihat di raut wajahnya.
Deg, haruskah aku mengalami kekecewaan yang sama untuk kedua kalinya. Memang semua keputusan itu ada di tangan Pak Ismu. Tapi ada rasa tidak terima yang begitu kuat memberontak. Ketika hati ini benar-benar merasa tidak adanya asas keadilan. Terang saja, selama kelas XI ini aku mencoba untuk memberikan yang terbaik dariku. Aku selalu mendapat ulangan terbaik diantara ketiga siswi ini. Ataukah memang begitu atau aku nya saja yang mencari pembelaan tak jelas untuk diriku sendiri.
Ini benar-benar menyiksa. Aku harus bagaimana kalau begini. Ada rasa berontak dan tidak terima yang begitu kental. Di lain sisi aku takut kalau aku menjadi orang yang terlalu ambisius. Takut kalau hati ini terlalu tamak dan justru mengejar sesuatu yang sebenarnya maya dan fana. Jujur aku kecewa dan menyesal. Kenapa aku tak belajar sejak awal. Namun penyesalan tinggalah penyesalan, sedang waktu tak dapat diulang sedetik pun.
Kecewa pada guru pembimbingku. Kenapa harus begini, apa beliau tak percaya dengan kemampuanku ? Sungguh aku selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik.
Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan mencoba untuk memberikan yang terbaik. Aku akan belajar setiap waktu, meski harus bangun tiap jam dua malam untuk melantunkan doa dan membaca buku, disaat aku berjalan atau bahkan ketika aku mandi. Aku akan menjadi pribadi yang disiplin dan berkompeten. Aku yakin Allah tau yang terbaik untuk hambanya. Dan kalau pun belum waktu ku untuk mencapai keberhasilan itu, aku harus bisa menerima semua dengan ikhlas. Ya, dengan ikhlas.
Malam ini aku menulis status dalam facebookku yang mungkin adalah usaha terakhir untuk menghibur diriku sendiri.
Ya Allah kalau memang itu belum menjadi rejeki untuk hamba maka bantulah hamba untuk mengikhlasannya. Dan kalau itu rejeki untuk hamba, mudahkan lah hamba untuk menggapainya ya Allah. Jadikanlah hamba menjadi hamba yang pandai bersyukur dan menjadi hamba yang bisa menerima semua yang telah Engkau tulis di laut Mah Fudz sejak beribu tahun yang lalu. Hamba percaya, bahwa semua yang kau beri untuk hamba adalah yang TERBAIK untuk hamba. Amin.

Keputusanku
Kamis, 24 Maret 2011
Hari ini adalah hari pertama untukku dan teman-teman UUD 45 untuk mengikuti pembinaan setelah mengikuti lomba. Semua terasa begitu menyenangkan. Entah kenapa, tapi tiap berkumpul dengan mereka aku memilki mimpi-mimpi baru dan kahayalanku yang super tingkat tinggi ini menjadi hidup kembali. Sepertinya dua hari ini aku begitu merasa banyak masalah dengan sesuatu yang mungkin hanya akan mempersulit diriku sendiri. Aneh rasanya harusnya aku bisa melepaskan semua dengan ikhlas termasuk kehilangan kesempatan untuk mengikuti olimpiade. Aku menceritakan semua unek-unekku pada Pah Han dan kesembilan temanku yang lainya tentang semua perjuanganku untuk mengikuti OSN meskipun disana ada Haryani. Aku tak bisa membendung lagi masalahku sendiri.
Seperti biasa Pak Han selalu mengeluarkan filosofi-filosofinya yang membuat bulu badanku bergidik. Beliau selalu bisa membuatku yakin akan sesuatu dan yang lebih penting beliau bisa membuatku aman dan nyaman. Aku senang dengan semua motivasi-motivasi yang beliau tuturkan padaku. Seolah batrei yang telah kehabisan energy listrik nya ini kembali menyala begitu terang seakan baru saja keluar dari pabriknya. Aku menceritakan semua, tentang kakak kelas yang menganggapku tak ada atau kah guru Pembina yang tak mengenaliku meski telah mengajarku selama tiga bulan hanya dengan empat orang siswi lainnya.
Aku mulai merenung tentang semua nya. Aku berpikir bahwa semua kekolotan dan ambisiku ini hanya akan menyiksaku. Mau dikata apa, untuk apa aku mencoba mempertahankan sesuatu yang hanya akan menyiksaku. Aku kini benar-benar ingin membuka mataku lebar-lebar. Aku benar-benar mantap untuk berfokus pada LCC UUD 45 ku ini. Entah bagaimana hasilnya 21 hari lagi, namun aku akan tetap optimis. Selama aku bisa bermimpi aku akan tetap bermimpi. Dan tak ada seorang pun yang akan menghalangiku untuk bermimpi. Sedang aku yakin bahwa mimpiku ini akan menjadi kayu bakar disetiap malamku. Kayu bakar yang memberikan kehangatan dan kehidupan pada setiap malam yang dingin dan gelap.
Aku sudah mantap dengan keputusanku ini. Dan aku ikhlaskan olimpiadeku ini. Aku ikhlas kalau memang lomba ini untuk Indah dan Haryani. Aku tak ingin memaksakan kehendaku. Tak ada kerugian untukku yang telah berusaha keras ini. Setidaknya ilmuku ini akan membuatku lebih maju dan akan menjadikan derajatku satu tingkat lebih tinggi. Dan aku tak ingin keimananku ini terkikis hanta karna sebuah ketamakan dan ambisi yang masih simpang-siur adanya. Aku berharap dua rekanku ini akan memberikan yang terbaik dan akan lolos ke tingkat kabupaten.
Ya Allah, aku telah membuat sebuah keputusan dan bantulah hambamu ini untuk konsisten dengan keputusan yang hamba buat. Hamba yakin ada hikmah dibalik semua kejadian. Dan hamba berharap bahwa keputusan yang hamba buat ini adalah yang terbaik untuk hamba.amin.
Aku tau bahwasanya waktu tak akan mungkin bisa diulang. Dan aku tak ingin terus hidup dibawah rasa mengharuskan dan tertekan. Aku tak akan menyesali semua keputusanku. Ini lah yang aku pilih dan sekali lagi aku tak akan menyesal dengan apa yang telah aku pilih. Selalu ada jalan sendiri-sendiri untuk setiap muslim dan ada jalan-jalan tertentu yang memang harus dilalui. Seperti sepenggal lagu pak SBY
Seribu  jalan menuju Roma…
Yang mana kah yang engkau pilih ?
Ada beribu banyak tujuan,
Engkaulah yang kan menentukan….
Tlah ku pilih jalanku sendiri..
Dalam garis kehidupanku…
Dan mungkin lewat jalan yang kuputuskan inilah aku akan meraih sebuah kesuksesan. Dan aku percaya bahwa KESUKSESAN tengah MENANTI ku di waktu dan tempat yang tepat nanti.Bimbang

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.