Wednesday, 2 May 2012

Bimbang


Bimbang
Selasa, 22 Maret 2011
Aku benar-benar shock ketika mendengar pernyataan dari guru biologi favoritku, Bu Padmi namanya. Tahun lalu aku tak diajukan lomba Mapel karna kuotanya hanya tiga orang sedang dua orang dari senior dan yang satunya lagi Indah dari X-3. Untuk olimpiade pun, Haryani dari X-6. Entah mengapa rasanya ada perasaan tak rela saja yang begitu terpendam dalam hati yang mungkin sedang keruh ini.
Dilain pihak aku pun sedang menunggu pengumuman lomba cerdas cermat UUD 1945 ku. Karna seperti senjata makan tuan, kalau kita lolos ke Provinsi maka aku dan teman-teman tak boleh mengikuti olimpiade. Sedang olimpiade ini sudah ku impikan sejak tiga tahun yang lalu saat kumasih duduk di SMP. Sudah banyak rasanya perjuanganku untuk bertahan disini. Mulai diremehin dan dijutekin sama senior atau ketika guru pembinaku lupa atau mungkin tak mengenali namaku setelah tiga bulan membinaku. Sedang hanya ada lima orang disini, sesulit itukah mengingat nama Dhita ?
Hari ini aku bertanya pada Bu Padmi, agar aku tak ketinggalan informasi.
“Bu saya dengar kuota buat OSN tahun ini hanya dua orang. Lalu siapa yang akan dikirim ?” tanyaku penuh rasa dag.dig.dug. karna kelas XI kali ini ada tiga orang. Aku, Indah dan Haryani.
“Iya, kata Pak Ismu nanti mungkin Indah sama Haryani. Tapi tenang, kamu bisa ikut yang mapel.”
“Bukan gitu Bu, soalnya saya ini memang minatnya di olimpiade. Karna saat SMP ada cita-cita yang belum tersampaikan. Apa nggak lebih baik kalau sekiranya diadakan seleksi bu ? Satidaknya kalau pun saya ada di peringkat terbawah, saya akan bisa menerimanya dengan lapang dada,” pintaku pada beliau.
“Iya, iya, nanti saya sampaikan pada Pak Ismu.”
“Makasih Bu.”
Dan beliau hanya berlalu dengan senyum keibuan yang terlihat di raut wajahnya.
Deg, haruskah aku mengalami kekecewaan yang sama untuk kedua kalinya. Memang semua keputusan itu ada di tangan Pak Ismu. Tapi ada rasa tidak terima yang begitu kuat memberontak. Ketika hati ini benar-benar merasa tidak adanya asas keadilan. Terang saja, selama kelas XI ini aku mencoba untuk memberikan yang terbaik dariku. Aku selalu mendapat ulangan terbaik diantara ketiga siswi ini. Ataukah memang begitu atau aku nya saja yang mencari pembelaan tak jelas untuk diriku sendiri.
Ini benar-benar menyiksa. Aku harus bagaimana kalau begini. Ada rasa berontak dan tidak terima yang begitu kental. Di lain sisi aku takut kalau aku menjadi orang yang terlalu ambisius. Takut kalau hati ini terlalu tamak dan justru mengejar sesuatu yang sebenarnya maya dan fana. Jujur aku kecewa dan menyesal. Kenapa aku tak belajar sejak awal. Namun penyesalan tinggalah penyesalan, sedang waktu tak dapat diulang sedetik pun.
Kecewa pada guru pembimbingku. Kenapa harus begini, apa beliau tak percaya dengan kemampuanku ? Sungguh aku selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik.
Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan mencoba untuk memberikan yang terbaik. Aku akan belajar setiap waktu, meski harus bangun tiap jam dua malam untuk melantunkan doa dan membaca buku, disaat aku berjalan atau bahkan ketika aku mandi. Aku akan menjadi pribadi yang disiplin dan berkompeten. Aku yakin Allah tau yang terbaik untuk hambanya. Dan kalau pun belum waktu ku untuk mencapai keberhasilan itu, aku harus bisa menerima semua dengan ikhlas. Ya, dengan ikhlas.
Malam ini aku menulis status dalam facebookku yang mungkin adalah usaha terakhir untuk menghibur diriku sendiri.
Ya Allah kalau memang itu belum menjadi rejeki untuk hamba maka bantulah hamba untuk mengikhlasannya. Dan kalau itu rejeki untuk hamba, mudahkan lah hamba untuk menggapainya ya Allah. Jadikanlah hamba menjadi hamba yang pandai bersyukur dan menjadi hamba yang bisa menerima semua yang telah Engkau tulis di laut Mah Fudz sejak beribu tahun yang lalu. Hamba percaya, bahwa semua yang kau beri untuk hamba adalah yang TERBAIK untuk hamba. Amin.

Keputusanku
Kamis, 24 Maret 2011
Hari ini adalah hari pertama untukku dan teman-teman UUD 45 untuk mengikuti pembinaan setelah mengikuti lomba. Semua terasa begitu menyenangkan. Entah kenapa, tapi tiap berkumpul dengan mereka aku memilki mimpi-mimpi baru dan kahayalanku yang super tingkat tinggi ini menjadi hidup kembali. Sepertinya dua hari ini aku begitu merasa banyak masalah dengan sesuatu yang mungkin hanya akan mempersulit diriku sendiri. Aneh rasanya harusnya aku bisa melepaskan semua dengan ikhlas termasuk kehilangan kesempatan untuk mengikuti olimpiade. Aku menceritakan semua unek-unekku pada Pah Han dan kesembilan temanku yang lainya tentang semua perjuanganku untuk mengikuti OSN meskipun disana ada Haryani. Aku tak bisa membendung lagi masalahku sendiri.
Seperti biasa Pak Han selalu mengeluarkan filosofi-filosofinya yang membuat bulu badanku bergidik. Beliau selalu bisa membuatku yakin akan sesuatu dan yang lebih penting beliau bisa membuatku aman dan nyaman. Aku senang dengan semua motivasi-motivasi yang beliau tuturkan padaku. Seolah batrei yang telah kehabisan energy listrik nya ini kembali menyala begitu terang seakan baru saja keluar dari pabriknya. Aku menceritakan semua, tentang kakak kelas yang menganggapku tak ada atau kah guru Pembina yang tak mengenaliku meski telah mengajarku selama tiga bulan hanya dengan empat orang siswi lainnya.
Aku mulai merenung tentang semua nya. Aku berpikir bahwa semua kekolotan dan ambisiku ini hanya akan menyiksaku. Mau dikata apa, untuk apa aku mencoba mempertahankan sesuatu yang hanya akan menyiksaku. Aku kini benar-benar ingin membuka mataku lebar-lebar. Aku benar-benar mantap untuk berfokus pada LCC UUD 45 ku ini. Entah bagaimana hasilnya 21 hari lagi, namun aku akan tetap optimis. Selama aku bisa bermimpi aku akan tetap bermimpi. Dan tak ada seorang pun yang akan menghalangiku untuk bermimpi. Sedang aku yakin bahwa mimpiku ini akan menjadi kayu bakar disetiap malamku. Kayu bakar yang memberikan kehangatan dan kehidupan pada setiap malam yang dingin dan gelap.
Aku sudah mantap dengan keputusanku ini. Dan aku ikhlaskan olimpiadeku ini. Aku ikhlas kalau memang lomba ini untuk Indah dan Haryani. Aku tak ingin memaksakan kehendaku. Tak ada kerugian untukku yang telah berusaha keras ini. Setidaknya ilmuku ini akan membuatku lebih maju dan akan menjadikan derajatku satu tingkat lebih tinggi. Dan aku tak ingin keimananku ini terkikis hanta karna sebuah ketamakan dan ambisi yang masih simpang-siur adanya. Aku berharap dua rekanku ini akan memberikan yang terbaik dan akan lolos ke tingkat kabupaten.
Ya Allah, aku telah membuat sebuah keputusan dan bantulah hambamu ini untuk konsisten dengan keputusan yang hamba buat. Hamba yakin ada hikmah dibalik semua kejadian. Dan hamba berharap bahwa keputusan yang hamba buat ini adalah yang terbaik untuk hamba.amin.
Aku tau bahwasanya waktu tak akan mungkin bisa diulang. Dan aku tak ingin terus hidup dibawah rasa mengharuskan dan tertekan. Aku tak akan menyesali semua keputusanku. Ini lah yang aku pilih dan sekali lagi aku tak akan menyesal dengan apa yang telah aku pilih. Selalu ada jalan sendiri-sendiri untuk setiap muslim dan ada jalan-jalan tertentu yang memang harus dilalui. Seperti sepenggal lagu pak SBY
Seribu  jalan menuju Roma…
Yang mana kah yang engkau pilih ?
Ada beribu banyak tujuan,
Engkaulah yang kan menentukan….
Tlah ku pilih jalanku sendiri..
Dalam garis kehidupanku…
Dan mungkin lewat jalan yang kuputuskan inilah aku akan meraih sebuah kesuksesan. Dan aku percaya bahwa KESUKSESAN tengah MENANTI ku di waktu dan tempat yang tepat nanti.Bimbang

LCC UUD 1945


Rabu, 09 Maret 2011
Hari ini aku mengikuti pembinaan Cerdas Cermat UUD 1945 yang telah kunantikan sejak setahun yang lalu.
Dulu aku tak terpilih ke dalam sepuluh orang yang termasuk mewakili sekolahku untuk mengikuti LCC UUD 1945. Rasanya semua bercampur mulai dari mangkel, sedih dan kecewa bercampur jadi satu. Aku sangat berharap, namun guru PKN ku saat itu Pak Han tak menunjukku. Aku merasa memiliki kemampuan yang lebih namun kenapa Pak Han tak memilihku saja. Hingga akhirnya aku memperoleh penejelasan dari beliau bahwa itu karna beliau wali kelasku sendiri. Dari enam kelas X dari X-1 sudah diajukan dua siswi. Sedang kalau aku diikutkan Pak Han takut akan  dianggap pilih kasih oleh wali dari kelas lain. Dengan berat hati aku menerima penjelasan beliau.
Hingga pada saat ku di kelas XI aku terus mencoba untuk menghafalkan UUD.
“Pak  kapan ada lomba lagi ?” tanyaku suatu hari.
“Wah, sayang sekali. Lomba cerdas cermat UUD 1945 diadakan 2 tahun sekali,” jawab beliau sambil tersenyum ramah. Wah sayang sekali. aku benar-benar berharap. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin memang belum rejekiku pikirku.
Hingga akhirnya ternyata tahun ini  beliau memberikan amanah padaku untuk tergabung dalam sepuluh siswa yang mewakili lomba.
“Loh pak. Bukannya lombanya dua tahuun sekali ya ?”
“Hehe, kemarin saya salah. Lombanya itu ternyata setahun sekali.”
Wah bukan main senang hati ini. Akhirnya lomba yang sangat ingin kuikuti sudah dalam genggaman.
Pemberitahuan dua minggu sebelum lomba. Dan jujur aku sangat senang dengan keikutsertaanku ini. Hingga saat aku dan Mbak Nita pembinaan bersama.
“Dik, aku kok males ya ?” tercetup kata yang tak kuingunkan dari  dirinya. Entah karna apa aku juga jadi malas belajar. Rasanya tak ada semangat saja untuk menyuplai energiku. Aku berpikir bahwa kita ini adalah tim dan kerja tentu juga dilakukan dengan teamwork. Dan ada salah satu atau salah dua yang tak mau berusaha, lalu apa yang harus aku lakukan ? Kalau satu sudah  tak ingin berusaha bagaimana kemenangan ada dalam genggaman.
Dan pada hari selasanya kami dibina oleh Pak Han. Dan bercerita-cerita panjang bersama. Aku sangat  kaget ketika mengambil kesimpulan dari salah satu potongan perbincangan kami.
“Pak yang jadi kandidat tahun ini kan dari SMA 1 Boyolali, Ngandong dan Simo. Terus kenapa yang dipilih malah Simo bukannya kemarin bagusan Ngandong ?” tanyaku  yang penasaran karna tiap kabupaten hanya dipilih dua SMA kecuali kota Surakarta sebagai tuan rmuah berhak mengajukan tiga sekolah. Terang saja tahun ini berbeda karna langsung ke tingkat karisidenan.
“Sebenarnya ini giliran. Tahun ini dari SMA kita mungkin tahun depan dari Ngandhong.”
Dush, sebuah pernyataan yang membuatku gemetar. Bagaimana bisa aku tidak semangat seperti ini ? Sedang Allah memberikan sebuah kesempatan emas padaku. Coba kalau SMAku mendapat giliran  tahun depan ? Tentu saja aku tak dapat mengikuti lomba ini. Harusnya aku bersyukur bisa ikut serta dalam lomba ini.
Sangat menyenangkan bisa berbagi cerita dengan Pak Han. Beliau memang guru yang terkenal dekat dengan siswa. Beliau sosok yang sangat kukagumi. Meski dengan beribu kesempatan yang beliau milki namun beliau tak pernah haus akan jabatan apalagi gaji. Setelah ditinggalkan anaknya meninggal istrinya menjadi sakit-sakitan. Namun beliau tak pernah mengeluh atau pun rakus akan uang. Justru sebaliknya beliau menjadi sosok yang sabar dan pekarja keras.
Aku baru sadar kalau untuk kesuksesan lomba ini beliau telah mengusahakan yang terbaik. Dengan mengorbankan pulsannya untuk mencari informasi, hujan-hujanan ke SMA Ngandhong untuk mencari materi, hingga menomor duakan istri dan anaknya karna beliau memang orang yang professional. Aku sangat malu pada diriku sendiri yang tanpa semangat ini. Begitupun dengan Sembilan siswa lainnya termasuk Mbak Nita.
Aku sangat bersyukur memiliki guru seperti beliau. Aku akan bersusaha dan belajar semaksimal mungkin  untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tak ingin rasanya mengecewakan seorang Pembina yang telah berkorban banyak untukku dan teman-teman.
Semangat ! semangat ! semangat !
Dan aku siap untuk berusaha sebaik mungkin dan menjadi seorang pemenang.
HariH LCC
Senin, 14 Maret 2011
Akhirnya lomba hari ini akan kutempuh bersama teman-temanku semua. Teman-teman satu team yang diketuai oleh Mbak Nita. Entah kenapa, namun pada lomba kali ini aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku sama sekali tak merasakan getaran-getaran yang harusnya tak asing tiap aku menghadapi lomba. Benar, sungguh, aku sama sekali tak merasa dag-dig-dug bahkan meski aku telah sampai di tempat pelaksanaan lomba di SMK 7 Surakarta. Tak tanggung-tanggung tiap kabupaten mengirimkan sekolah unggulan masing-masing. Mulai dari SMA 1 Klaten, 1 Solo, 4 Solo dan 3 Solo. Tapi tetap saja tak ada rasa takut dan ragu dalam hatiku.
Awalnya rasa tak terima menggelayuti pikiranku dan teman-teman. Terang saja, terjadi banyak penyimpangan disini. Mulai dari peraturan yang mengharuskan 10 siswa dengan ketentuan 5 putra dan 5 putri dilanggar oleh SMA-SMA unggulan. Seragam yang diwajibkan OSIS juga tak dihiraukan. Aku takut kalau dalam hal penilaian terjadi banyak penyimpangan. Namun Pak Han memberikan suntikan suplemen lagi padaku dan teman-teman. Bahwa kita harus positive thinking. Kalau kita memberikan yang terbaik pasti kita juga akan memperoleh yang terbaik.
Alhamdulillah semua berjalan lancar. Yuph, 90 % soal bisa kami jawab dengan mudah. Dan semua tinggal ditentukan sebulan lagi. Cukup lama memang untuk sebuah kapasitas lomba yang terhitung sedikit pesertanya ini. Semoga tak terjadi sedikit kecurangan pun disini. Aku berharap semua akan berjalan lancar. Dan aku sungguh amat benar-benar berharap agar team ku SMA Negeri 1 Simo dapat meraih tiga besar se-eks Karisidenan Surakarta dan bisa lolos ke Provinsi. Setidaknya ini adalah hadiah dari kerja keras kami bersama Pak Han.

Harap-harap Cemas
Kamis, 17 Maret 2011
Kenapa harus selama ini ? Kenapa pengumuman harus sebulan lebih ? Ini benar-benar menyiksa. Dag-dig-dug selalu menggelayuti pikiranku dan teman-teman. Aku optimis bisa lolos dan mulai membayangkan menggenggam piala kehormatan dan penuh mimpi bersama Sembilan teman lainnya dan dipersembahkan untuk kerja keras Pak Han selama ini. Membayangkan menjalani karantina dan memperoleh berbagai ilmu dan pengalaman baru. Namun bila teringat hasil itu masih belum pasti. Sebuah bayangan indah langsung berubah seketika menjadi rasa khawatir, takut dan sedih. Khawatir kalau semua tak berjalan lancar, takut kalau mimpi dan harapan kami harus terputus di tengah jalan dan sedih kalau hasil ini akan mengecewakan Pak Han dan kedua orang tuaku.
Hampir tiap malam aku selalu bermimpi memegang piala yang berwarna keemasan itu. Namun tiap terbangun semua hanya mimpi dan aku langsung berdoa kalau mimpi itu akan menjadi nyata. Tapi tetap saja rasa penasaran dan harap-harap cemas ini selalu datang. Padahal baru 3 hari semenjak lomba kujalani dan masih 28 hari lebih aku akan mengalami rasa ini terus menerus. Tiap malam kubuka facebook dan kuhitung mundur hari mulai 30 hari sedari aku mengikuti lomba.
Aku sangat berharap dan aku memilki khayalan tingkat tinggi. Namun aku takut terjatuh, karna terjatuh dari tempat yang tinggi itu pasti akan lebih menyakitkan. Aku bingung dengan persaanku sendiri. Namun, aku tetap berusaha untuk optimis dan positive thinking. Kini aku hanya bisa mendorongnya dengan doa, dengan sholat hajat yang insyaallah kujalani rutin tiap harinya bersama sholat dhuha. Aku berharap dan aku telah berusaha semaksimal mungkin. Yang harus kuingat adalah bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah. Bahkan setiap daun yang jatuh pun telah ditulis beribu tahun yang lalu di laut Mahfudz. Dan untuk apa aku terjatuh dalam langkah yang tersendat. Bukankah aku bisa melangkah lagi, berusaha lagi, dan meraih hasil yang lebih baik lagi. Namun aku yakin dan percaya bahwa semua harapanku akan terkabul. Aku tak kan tersendat kali ini. Dan bersama teman-teman juga Pak Han kami akan melangkah bersama untuk lolos ke tingkat Provinsi.

Hadiah dari Tuhan Untukku



Tuhan memang sangat menyayangiku, Dia menuntunku untuk melewati jalan yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Adakalanya, rerumputan hijau, bunga yang bermekaran di musim semi, atau jurang-jurang terjal yang mengiringi perjalanan hidupku. Dan aku rasa ini adalah perjalanan yang melibatkan semua itu, aku merasa sangat beruntung bisa mengikuti sebuah event bergengsi bersama timku. Tuhan benar-benar menyayangiku, dia mengirimkanku sembilan malaikat dalam tim ini yang ikut mengisi hari-hariku. Malaikat yang tak bersayap dan jauh dari kata sempurna. (Kok dipanggil malaikat ? ). Sembilan sahabat yang ada dalam tim ini memiliki banyak karakter ditambah dengan pembina yang berhati besar, ini adalah satu hal yang paling membuatku tak menyesali keputusan untuk lebih memilih SMA N 1 Simo dari pada SMA N 1 Boyolali.
Kisah ini berawal ketika aku sedang dilanda kebosankan dalam bersekolah. Ini benar-benar kisah yang kualami bersama sembilan temanku yang lain yang tergabung dalam tim LCC ini. Sebuah kisah yang perlu perjuangan, mengharukan, penuh tangis, tawa, canda dan air mata. Bukan gelar juara yang melekat di hati, namun persaudaraan dan kebersamaan yang telah terlewatkan bersama.
Menjadi pelajaran untuk seluruh pelajar di negeri  tercinta ini. Agar kita mengenal bangsa kita dengan baik dan mejadi bibit bangsa yang bisa terpanen baik suatu hari nanti. Dengan irigasi yang tepat, pemupukan yang cermat, dan pemberantasan hama-hama yang mengganggu pola pikir tumbuhnya bibit Indonesia ini.
Kami adalah pelajar penuh yang tergabung dalam tim Lomba Cerdas Cermat SMA Negeri 1 Simo, yang kami beri nama Tim Garuda. Tim ini berjumlah 10 orang dengan karakteristik yang amat berbeda antara satu dengan yang lain. Sebelum aku membuka layar stage di hadapan hadirin, ijinkanlah aku memperkenalkan satu per satu anggota tim ini.
Satu, Yuanita Sri Respati. Panggilanya adalah Nita, namun aku lebih sering memanggilnya dengan Mbak Nita. Dia adalah orang teregois yang pernah kukenal (peace mbak.hehe). But, ada tapinya lho. Tapi, itu dulu waktu aku belum benar-benar mengenalnya. Dulu kami selalu 1 kelas di SMP Negeri 1 Simo. Yah, selalu satu kelas denganya membuatku begitu tersiksa. Dengan semua keangkuhan dan pendirianya yang melebihi kokohnya batu karang terkeras sekalipun. Kami sering berselisih pendapat, bahkan di kelas IX aku pernah bertengkar hebat denganya hingga menangis (cengeng ya.xixi).
Saat di SMA pun kami 1 sekolah lagi. Parahnya lagi, kami juga satu kelas. Haduh, untuk memikirkan betapa tiap hari aku akan makan ati saja sudah membuatku tersiksa. Terus gimana buat ngejalaninnya selama setahun ? ?
Ternyata enjoy banget dan dia justru jadi “mbak” ku. Nah loh ? Kok bisa ? yayaya, entah sejak kapan aku pun tak terlalu menyadarinya. But, yang jelas kuingat adalah karna kami sama-sama prihatin dan berjuang untuk bisa ikut dalam OSK, Olimpiade Science Kabupaten. Aku di biologi, sedang Mbak Nita di fisika. Begitu banyak rancangan yang sudah kami tulis dalam benak. Aku rasa tiap rancangan yang berarti tiap benang persaudaraan dan persahabatan semakin bertambah. Makin banyak rancangan kami, makin dekatlah kami pada suatu titik pusat yang setimbang.
Dua, Haryani. Nama panjangnya Haryaniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, nama panggilanya Haryono.wkwkk (peace An.hehe). Boong, yang bener nama panggilanya itu Ani. But aspecially for Dix Sulis name’s call to Ani is “Yu Har”. Yu dari kata Mbakyu dan Har dari kata Haryani. (Dah ngerti kali !). Aku Cuma mau ngejelasin buat menuhin lembar kertas aja.haha
Dia adalah sekretaris di Kerohanian Islam (Rohis). Dia terlihat begitu santun dengan busananya yang muslimah. Mungkin sekiranya seperti inilah akhwat yang dicari oleh tokoh nomor tiga kali ini.
Seperti yang sudah dijelaskan, tokoh ketiga adalah Agus. Karna dia 1 tahun lebih tua dariku, aku lebih sering memanggilnya dengan gelar “Mas”. Nama panjangnya Agus Suprianto Dia adalah ketua Rohis di sekolahku. Jadi kadang aku berpikir, kalo Ani dan Mas Agus adalah pasangan yang serasi. Se iya sekata, seprinsip, dan sejalan. Tentunya mereka memiliki pola pikir yang sama dan aliran yang sama. Tapi, kadang aku berpikir juga. Kalau mereka bersama, apa yang akan menjadi topik pembicaraan ? Bagaimana kalau hanya saling diam ? Wah, tak asik sama sekali bukan.hehe
Tokoh yang keempat adalah Umi Maryamah. Rambutnya tergerai panjang, jadi jelas saja dia yang paling feminin diantara kami yang asal-asalan ini. Sebentar-sebentar menyisir rambut, tak cape’ ya Um ? hehe
Dia adalah juru bicara di Tim ini, jadi jelas saja dia yang paling menguasai materi. Aku tak mengatakan kalau dia yang paling pintar karna aku tak ingin tersaingi.hehe (Dasar ! :P )
Tokoh yang keempat adalah Hesti Setyaningsih, panggilannya adalah Hesti. Hesti adalah yang paling dekat denganku pada awal pembentukan tim ini. Terang saja, kami sudah sekelas selama empat tahun dan sudah satu bangku selama dua tahun.
Hesti adalah seorang gadis yang manis, dengan perawakan tak terlalu tinggi ( nggak enak mau bilang pendek hehe), berjilbab, dan berkulit putih. Dia adalah orang yang sederhana, mungkin itu lah yang membuatku nyaman bersamanya. Dia begitu sabar selama berteman denganku, padahal sudah jelas aku bukan lah teman yang baik (akhirnya mau ngaku). Dia adalah sosok yang selalu ngemong aku, sabar, dan selalu mengalah. Itu lah yang membuatku menjadi begitu dekat dengannya dan begitu menyayanginya.
Aku bukanlah tipe orang yang bisa menerima teman begitu saja. Aku tak ingin berkorban lebih dulu dan aku tak ingin menjadi pihak yang mengalah. Nah lo ? Enak bener thu posisi.hehe
Dan, ketika ada orang yang bisa berbuat seperti itu untukku pastilah aku akan benar-benar menyayanginya. Dan seperti itu lah yang kurasakan pada Hesti. Aku benar-benar menyayanginya. Karna hesti sudah berhasil melehkan bekunya hatiku (cie i lah haha), sekarang kami menjadi saling melengkapi. Aku tak egois lagi, mau mengalah, dan mau berkorban untukknya.
Tokoh yang keenam adalah Adika, nama panjangnya panjang banget dan rasanya aku males banget buat nulis namanya. (Tulis dong ! Tulis ! Jadi penulis kok males nulis ! huhuuu...)
Baiklah, nama panjangnya adalah Muhammad Adika Luthfi Sultan Alamsyah. Namanya bisa disingkat menjadi M.A.L.S.A, jadi teman-teman justru lebih sering memanggilnya Malsa. Satu kejengkelan atau mungkin rasa penasaran yang masih meninggalkan tanda tanya besar sampai sekarang adalah waktu perkenalan awal, dengan wajah imut dan postur tinggi besarnya (nggak enak jugga mau bilang gendhut hehe) dia memperkenalkan diri. Dalam hati aku mengingatkan, “Dik kalau mau nyebutin nama tarik napas dulu ya ! :D “
Kemudian dengan memasang tampang yang tak kalah polos aku pun bertanya, “Thu nama panjang gitu artinya apaan Dik ?”
“Nggak tau Mbak !” jawabnya datar. Haduh, kenapa kamu bisa tak tau namamu dik ? Tanya lah pada orang tuamu maknanya. Nama itu kan doa, bukan seperti kata filosof terkenal William Shakespeare apalah arti sebuah nama. Pak William bisa berkata seperti itu karena namanya begitu indah dan keren. Pak William kan tidak merasakan memiliki nama Paijo atau Paimin.
Kembali ke Malsa ! Wajahnya yang imut itu terbalut oleh posturnya yang tinggi besar, jadi dia terlihat lebih gagah untuk menutupi baby face nya itu. Namun warna suaranya itu membuat dia menjadi biasa lagi karena warna suaranya begitu halus tanpa ada retak-retaknya. (lo pikir jalan ?). Bahkan suaranya lebih lembut dari pada aku yang seorang cewek ini (Lo nya aja kalo ngomong heboh ndiri gitu , cape’ deh ! ).
Kelembutanya itu kadang membuatnya tak sehati dengan tokoh kita yang nomor tujuh ini.                         Namanya Muhammad Luthfi Saqqo, ayahnya memanggilnya Luthfi tapi aku lebih suka memanggilnya Saqqo. Entahlah, menurutku itu terdengar lebih tegas dan berwibawa saja. Dua nama pertama mereka berdua memang sama tapi karakter mereka jauh berbeda.
Pertama dengar rasanya aneh juga, nama yang hampir sama. Apakah dunia begitu sempit ? ataukah nama itu terlalu bagus sehingga banyak yang mengambilnya untuk anak mereka ? (Bagus ! Nggak boleh bilang pasaran Dhita ! kaya’ nama lo nggak banyak yang make aja ? :P ). Namaku memang banyak yang memakai pula, tapi pasti alasanya karena namaku itu bagus.hoho
Saqqo adalah sosok yang cerewet untuk ukuran cowok, posturnya tinggi tegap dengan kulit sawo matang (tapi tiap habis paskib atau bantara jadi sawo busuk haha @peace J ). Dia adalah sosok yang benar-benar suka bicara. Ketika kamu bertanya sesuatu pasti jawabanya bisa sepanjang jalan kenangan.
Tapi dibalik semua itu menurutku dia cukup bisa diandalkan, dia bisa mengcover teman-teman, berpikir lebih maju, dan sesekali dewasa. (Udah aja ! Ntar yang baca ke PD an )
Eh, satu lagi ! saqqo adalah sosok iseng yang selalu membuatku emosi ataupun malu tingkat dewa tiap dia memutar rekamanku. (salah kamu juga ngrekam suara ancur).  Saqqo juga tak pernah akur dengan Mbak Nita, pokoknya ada saja alasan mereka untuk bertengkar. Ibarat kata, jika ada pertanyaan kenapa matahari terbit dari timur saja pasti bisa jadi alasan buat mereka berdebat. Kalau aku membayangkan Mbak Nita pasti akan menjawab secara scientist, dengan unsur matahari, bumi, rotasi, revolusi, yang sebenarnya aku sendiri sudah lupa. Dan Saqqo....kira-kira apa yang akan dijawab olehnya ? Mungkin dia menjawab, “ Untuk apa belajar kaya’ gituan ? Emang keluar di praktek kehidupan ?” Dan perdebatan akan berjalan lebih panjang dari garis Lintang ataupun Bujur.
Tokoh yang kedelapan adalah Sulistyo Pambudi, nama aslinya dulu juga Agus tapi katanya karena 1 RTnya sudah banyak yang bernama Agus namanya diubah menjadi Sulis. Untung saja sudah diubah, kalau tidak kan repot mau manggilnya.
Tokoh yang satu ini agak sulit ditemui (Langka ? Lo kira apaan). Sulit ditemuai karena aku selalu berkesan pada rambutnya yang keriting. Kata orang cowok dengan rambut keriting itu tak setia dan agak plin plan, jadi setiap kulihat rambut Sulis aku selalu ingat kata-kata itu.hehe
Dia adalah sosok yang sederhana. Karna sederhanya terkadang dia tak terlalu cocok dengan tokoh kita yang kesembilan ini. Tapi menurutku benar juga, aku agak susah membedakan ciri khas yang melekat pada diri Sulis. Sebenarnya dia sederhana, tidak mengerti fashion, atau memang tidak sadar kalau yang dia pakai sering mengundang kontroversi ? Kenapa dia memakai jas dengan pasangan Sarung ? Baiklah aku bisa menerima, tapi kenapa itu dipakai untuk mendekati seorng cewek ? Itu yang membuatku tak habis pikir.
Bayangkan kalian kaum cewek, ketika ada seorang cowok mendekat perlahan dengan tatapan aneh dan perlahan semakin mendekat. Kemudian dia bilang, “Mbak minta foto dong !”
“Pahit ! Pahit ! Pahit !” (lo kira Sulis lebah ? )
Tokoh kesembilan yang kumaksud adalaha Ignatius Alfredo..... (nama panjangnya gue lupa). Ini dia satu-satunya sosok yang ditakuti oleh Mbak Nita. Dengan perawakan tinggi, kurus, dan putih.
Mungkin dia yang paling peka diantara yang lain, atau paling wibawa, atau paling tegas ? Tapi dibalik semua kata “mungkin” itu aku menaruh satu “kepastian”, pasti dia yang paling aneh. Tak ada pendapat lain dariku. Menurutku dia memang yang paling aneh.
Dia sering dada-dada (melambaikan tanganya) sendiri. Senyum sendiri, menangis sendiri, ketawa sendiri. Terkadang dia memegangi HPnya kemudian berkata, “Hallo ambulance ? Maaf Pak tolong segera ke jalan depan SMA Negeri 1 Simo. Sedang terjadi kecelakaan antara anjing dan kucing disini...” benar-benar sosok yang susah ditebak.
Dan sosok ke sepuluh yang sudah dinanti oleh para pembaca adalah “aku” yang memiliki nama Paradhita Zulfa Nadia. Panggilanku adalah Dhita, tapi silahkan kalian panggil Zuna (nama pena hehe). Aku adalah sosok yang egois, manja, dan sombong.(kenapa nggak ada baiknya sih ?). Saya tak ingin menceritakan banyak sisi baik saya, karna saya tak ingin memiliki fans terlalu banyak. (Sekarang gue sangat percaya kalo lo emang sombong :D ).


Tuesday, 1 May 2012

Lambang PMI dan PMR

PMR Wira Prasta Bhakti Angkatan 2011/2012

PALANG MERAH REMAJA SMA N 1 SIMO BOYOLALI 2011/2012 NO NAMA ALAMAT TEMPAT TANGGAL LAHIR GOL. DARAH AGAMA 1 ANIS NUR HIDAYATI Nogosari, Glonggong, Nogosari, Byl Boyolali, 17 April 1995 - Islam 2 ANNISA RATNA PUDYASTUTI Bondolan, Tawengan, Sambi, Byl Boyolali, 10 Agustus 1995 O Islam 3 ARCILLA MERDA GOLDINARA Karangwetan, Pelem, Simo, Byl Boyolali, 31 Agustus 1995 - Islam 4 ARI FATHONAH Sanggrahan, Pelem, Simo, Byl Cilacap, 21 Januari 1995 - Islam 5 AWALIAH DARMASTUTI Tegalrejo, Pojok, Nogosari, Byl Boyolali, 19 Januari 1997 - Islam 6 CITA DEVI ALFIANTI Grijo, Jagoan, Sambi, Byl Boyolali, 26 September 1995 - Islam 7 DESIANA DWI HARYANTI Rejosari, Glonggong, Nogosari, Byl Boyolali, 5 Desember 1995 - Islam 8 DEWI SARI AMANAH Lemahbang, Rembun, Nogosari, Byl Boyolali, 12 Mei 1995 - Islam 9 FIFIT ANA RESMININGSIH Plambong, Blagung, Simo, Byl Boyolali, 24 Mei 1995 - Islam 10 IBNU ZAINUDIN Jati, Keyongan, Nogosari, Byl Boyolali, 3 september 1995 O Islam 11 IZMA ZULAIKHAH Sambengan, Gunung, Simo, Byl Boyolali, 8 Juli 1995 - Islam 12 KUSMIRAWATI Lemahbang,Glonggong, Nogosari,Byl Tanah Abang, 29 Mei 1995 B Islam 13 LINTANG JATI SETYORINI Bogo, Timpik, Susukan, Semarang Semarang, 21 Januari 1996 - Islam 14 MUH. ADIKA LUTHFI SULTAN ALAMSYAH Ngembat, Klego, Byl Boyolali, 1 September 1996 O Islam 15 MUH. LUTHFI SAQQO Tinawas, Nogosari, Byl Boyolali, 11 Oktober 1994 - Islam 16 NOVA DWI SUSANTI Polamrejo, Pojok, Nogosari, Byl Boyolali, 12 November 1995 - Islam 17 NUR AFIFAH LARASATI Sambu, Bendo, Nogosari, Byl Boyolali, 26 Maret 1996 - Islam 18 NUR MUKAROMAH Tejobang, Pelem, Simo, Byl Boyolali, 23 Juni 1995 - Islam 19 RIANA DARA NOVITA Banaran, Sempu, Andong, Byl Serang, 22 Agustus 1995 - Islam 20 SETYAWAN Bawang, Kauman, Kemusu, Byl Boyolali, 25 Juli 1994 - Islam 21 SOKHIF SAIFUL ANWAR Giriharjo, Gunung, Simo, Byl Boyolali, 23 Juni 1995 - Islam 22 SYILFIRA NUR AZMI Jaten, Walen, Simo, Byl Kebumen, 2 Juli 1995 - Islam 23 TRI UMROH KHAYATIN Wonokerti, Pelem, Simo, Byl Jakarta, 17 Mei 1995 - Islam 24 WINDA KUSUMA W. Temon, Simo, Byl Boyolali, 29 September 1995 - Islam
Powered by Blogger.